Kamis, 16 November 2023
Menulis soal sesuai dengan kaidah penulisan soal
Peta Kemampuan
awal dan karakteristik peserta didik selanjutnya digunakan guru untuk mengembangkan rancangan pembelajaran dan asesmen secara tepat.
a. Asesmen Awal Kognitif
1) Deskripsi asesmen awal
Menurut Depdiknas (2007: 3) istilah diagnostik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang ditimbulkan. Dalam pembelajaran istilah diagnostik dapat dilakukan dalam sebuah tes. Asesmen awal pembelajaran melingkupi konsep yang luas meliputi identifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam pembelajaran.
2) Tujuan asesmen awal
Tujuan asesmen awal adalah membantu kesulitan atau mengatasi hambatan yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran. Aspek-aspek yang dinilai yaitu hasil belajar yang diperoleh peserta didik, latar belakang kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
3) Fungsi asesmen awal
Fungsi asesmen awal adalah untuk mengidentifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik. Asesmen awal dirancang untuk mengetahui kemampuan awal dan karakteristik peserta didik, sehingga
desain perangkat asesmen awal harus sesuai dengan format dan respon asesmen awal yang diharapkan. Bentuk perangkat asesmen awal sebaiknya berupa supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat),sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Jika terdapat alasan tertentu sehingga menggunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu, sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan, sehingga dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya.
4) Pelaksanaan asesmen awal
Asesmen awal dapat dilakukan pada waktu tertentu, seperti awal tahun ajaran, awal semester atau awal pembelajaran. Pertimbanganpenetapan waktu dimaksudkan agar informasi yang diperoleh dari
asesmen awal dapat digunakan guru sebagai acuan dalam mengembangakan rancangan pembelajaran dan asesmen yang tepat sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik peserta didik.
5) Metode asesmen awal
Untuk mendapatkan informasi yang objektif dan kredibel, metode asesmen awal yang dapat digunakan, antara lain:
a) Metode tanya jawab
Metode tanya jawab akan dengan mudah mengetahui sampai sejauh mana peserta didik memiliki kompetensi terkait kompetensi yang akan dipelajari atau kompetensi yang menjadi prasyarat. Metode tanya jawab juga dapat mengeksplorasi kompetensi peserta didik terkait materi yang dipelajari, serta cukup efektif dalam mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang akan dipelajari.
b) Test tertulis
Melalui tes tertulis dapat mengetahui sejauh mana tingkat kedalaman dan keluasan kemampuan awal peserta didik. Tes tertulis dapat dalam bentuk pertanyaan yang memuat seluruh jenis materi dan level
proses kognitif. Dengan cakupan materi seperti ini, diharapkan hasilasesmen dapat merepresentasikan kemampuan peserta didik.
Selasa, 14 November 2023
Mechanical Seal Repair Service and Failure Analysis Process
Step 1: Cleaning
Cleaning is a crucial step in repairing mechanical seals, as any
debris or contamination can cause the seal to fail prematurely. To clean the
seal faces, you can use a lint-free cloth or paper towel and a mild solvent
such as isopropyl alcohol or acetone. Be sure to avoid using Sand
blasting is sometimes required to determine the state of mechanical seal
components.
Step 2: Design
After cleaning the seal faces, you can proceed to replace any
damaged or worn components. This may involve replacing the seal faces, O-rings,
gaskets, springs, or bellows. Be sure to use high-quality replacement parts
that are compatible with the pump or rotating equipment.
The maintenance engineering team creates drawings of replacement
parts and confirms the budget. Once you accept the quote, the engineering team
begins making the replacement parts.
Step 3: Polishing and Lapping
Polishing is the process of using abrasives to remove surface
imperfections and create a smoother surface finish. This can be done by hand or
with a machine. The goal of polishing is to reduce surface roughness, which can
cause leakage or premature wear of the seal faces. Polishing is typically done
with diamond paste or other specialized abrasives.
Lapping is a similar process, but it typically involves a finer
abrasive and a more controlled process. Lapping is often done after polishing
to achieve an even smoother surface finish. In lapping, the two surfaces are
rubbed together with a fine abrasive slurry, which removes any remaining
surface imperfections and creates a highly polished surface.
Both polishing and lapping can significantly improve the
performance of mechanical seals by reducing surface roughness and improving the
contact between the two sealing surfaces. Proper polishing and lapping
techniques can help and reduce the risk of leakage.
Step 4: Assembly
And Testing
Assemble mechanical seal and perform static and dynamic tests.
When the mechanical seal passes the test, it will be delivered to any location
that you request.
Can
the Mechanical Seal be rebuilt?
Yes, mechanical seals can be rebuilt. In fact, rebuilding
mechanical seals is a common practice in industries that rely heavily on
mechanical seals such as the chemical, mining, and oil and gas industries.
The process of rebuilding mechanical seals involves taking apart
the seal, cleaning and inspecting the parts for damage, and replacing any
damaged or worn-out components. The seal is then reassembled with new parts and
reinstalled onto the equipment. Rebuilding mechanical seals is a cost-effective
alternative to purchasing new seals and ensures the continued reliability and
performance of equipment.
Senin, 13 November 2023
Praktek bongkar pasang transmisi manual Mobil kijang 4 percepatan di Jurusan TKR SMKN 1 Jeunieb
Komponen Transmisi Manual
Transmisi
manual adalah tipe transmisi yang berhubungan dengan dan atau menggunakan
kopling yang dioperasikan oleh pengemudi untuk mengatur perpindahan torsi dari
mesin menuju transmisi, serta pemindah gigi yang dioperasikan dengan tangan
atau kaki. Berikut ini komponen-komponen yang ada pada transmisi manual:
1. Poros Input
Transmisi (Transmission Input Salt)
Komponen
ini merupakan poros atau roda gigi yang bekerja sama dengan kopling dan
berfungsi untuk memutar gigi pada gear box.
2. Gigi Transmisi (Gear Transmission)
Gigi
transmisi berfungsi sebagai pengubah input tenaga yang dihasilkan mesin menjadi
output gaya torsi.
Pengubahan gigi transmisi disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh kendaraan.
3. Gigi Penyesuaian (Synchcroniser)
Gigi
penyesuaian berfungsi untuk memindahkan gigi pada saat mesin mobil sedang
bekerja. Jadi pengendara tetap bisa memindahkan gigi dengan aman meski
mobil dalam keadaan berjalan.
4. Garpu Pemindah (Shift Fork)
Garpu
pemindah berfungsi untuk memindahkan gigi pada porosnya sehingga gigi akan
lebih mudah untuk dipasang atau bahkan dipindahkan.
5. Tuas Penghubung (Shift Linkage)
Sesuai
namanya, komponen ini berfungsi sebagai penghubung antara tuas persneling
dengan shift fork atau yang sering disebut dengan garpu pemindah.
6. Tuas Transmisi
atau Tuas Pemindah Persneling (Gear Shift Lever)
Tuas ini
berfungsi sebagai pengendali pengemudi agar bisa melakukan pemindahan gigi
transmisi sesuai dengan kondisi mengemudi yang mereka inginkan. Komponen ini
biasanya terletak berdekatan dengan sang pengemudi.
7. Bak Transmisi (Transmission Case)
Bak Transmisi
berfungsi sebagai dudukan bearing transmisi beserta dengan poros-porosnya dan
sebagai wadah untuk menyimpan oli transmisi pada mobil. Dengan begitu,
pergerakan setiap komponen dalam sistem transmisi mobil bisa tetap lancar dan
juga halus.
8. Output Shaft
Output
shaft merupakan poros yang memiliki fungsi mentransfer torsi yang berasal dari
sistem transmisi ke gigi terakhir. Selain itu, komponen ini juga bisa digunakan
sebagai dudukan persneling pada sebuah mobil.
9. Bantalan atau
Bearing (Main Bearing)
Komponen
ini berfungsi untuk mengurangi gesekan yang terjadi antara permukaan komponen
yang berputar di dalam sistem transmisi.
10. Counter Gear
Counter
gear digunakan untuk menghasilkan torsi dari gigi input menuju gigi kecepatan.
11. Reverse Gear
Dalam hal
ini, komponen ini berguna untuk mengubah arah putaran output shaft. Hal inilah
yang membuat mobil kita bisa berjalan mundur saat Anda menggerakkan tuas
persneling ke arah reverse gear.
12. Hub Slave
Hub slave
berfungsi sebagai pengunci penyesuaian gigi percepatan. Dengan adanya komponen
ini maka dapat membuat output shaft menjadi bisa berputar dan juga berhenti.
13. Speedometer Gear
Dengan
adanya speedometer gear membuat kecepatan dari mobil yang Anda kendarai
tersebut dapat terukur.
Penulis : Dodi Zulfahmi. S.Pd
editor : Junaidi. S.Pd
Praktek mengecek hubungan universal joint pada propeler shaf Di Jurusan TKR SMKN 1 Jeunieb
Pengertian Universal Joint
Komponen yang satu ini sering disebut cross joint atau joint kopel di mana
bentuknya berupa tanda plus.
Cross joint merupakan salah satu bagian dari poros propeller yang memiliki
peranan penting di mana setiap ujungnya akan dipasangkan roller bearing masing-masing
satu buah.
Keempat ujung dari joint kopel ini akan menghubungkan komponen yoke ke
poros propeller.
Sementara roller bearing akan membantu poros propeller tetap bisa berputar,
meskipun terjadi perubahan sudut.
Hal ini berarti cross joint memiliki peranan penting agar komponen lain
bisa bekerja dengan baik.
Pemilik kendaraan roda empat harus mengetahui bahwa joint kopel merupakan
salah satu komponen penting yang memerlukan perhatian, salah satunya perawatan.
Hal ini karena komponen tersebut bisa mempengaruhi putaran roda yang
tentunya berkaitan dengan keselamatan.
Joint kopel berguna untuk melakukan transmisi daya ke roda, sehingga mobil
bisa bermanuver dengan maksimal.
Dampaknya mobil bisa berbelok dengan baik tanpa menyebabkan timbulnya suara
berupa berdengung atau decitan.
Komponen ini juga berguna untuk membantu tidak munculnya getaran yang akan
mengganggu Anda ketika berkendara.
Dalam kinerjanya, joint kopel memiliki beberapa bagian dengan fungsi
masing-masing yang nantinya saling berkaitan.
Fungsi Universal Joint
Ada beberapa fungsi utama dari universal joint dalam roda empat agar
kendaraan Anda bisa bekerja secara optimal.
Lalu, apa saja fungsi utama dari salah satu bagian penting dari poros
propeller tersebut? Simak ulasan lengkapnya sebagai berikut.
- Memungkinkan Poros Propeller Tetap Berputar
Lembut Saat Terjadi Perubahan Sudut
Fungsi pertama dari komponen ini yaitu untuk membuat poros propeller tetap
berputar lembut bahkan saat terjadi perubahan sudut.
Ketika Anda berkendara di jalanan tidak rata, komponen ini akan bekerja
untuk menggerakkan poros propeller tetap bergerak.
Hal ini terjadi ketika ada gerakan dari suspensi ke belakang karena
kendaraan Anda melalui jalan yang tidak rata.
Namun tidak perlu khawatir karena gerakannya akan tetap lembut, sebab ada
peranan dari joint kopel.
Komponen tersebut berguna untuk memastikan kendaraan tetap bisa melaju
dengan arah yang baik, meskipun kondisi jalan tidak rata. Permukaan jalan
memang memiliki pengaruh terhadap kinerja suspensi kendaraan.
Akibat dari permukaan jalan yang tidak rata, yakni membuat poros
differential letaknya berubah terhadap poros transmisi.
Di sinilah joint kopel bekerja, di mana akan membuat poros propeller tetap
bisa berputar secara lembut, sehingga tidak akan patah.
- Membuat Komponen Drive Shaft Bekerja dalam
Kondisi Sudut yang Berbeda-Beda
Joint kopel juga berfungsi untuk membuat komponen drive shaft bekerja dalam
kondisi sudut yang berbeda-beda. Drive shaft bekerja secara keseluruhan untuk
mentransmisikan atau memindahkan daya dari mesin ke bagian rear axle.
Transmisi dari komponen drive shaft ini terjadi pada situasi dan sudut yang
berbeda-beda ketika kendaraan dikemudikan. Pengaturan transmisi ini dilakukan
oleh suspensi bagian belakang yang ada di mobil.
Kinerja driveshaft tersebut bisa membuat joint kopel tidak bisa bekerja
secara konstan karena transmisi daya di sudut berbeda-beda. Akibatnya, getaran
joint kopel terjadi secara bebas dan tidak beraturan.
- Menghubungkan Poros Propeller dengan Poros
Transmisi dan Poros Differential
Berikutnya, joint kopel berguna untuk menghubungkan 3 poros yang ada pada
kendaraan, yaitu propeller, transmisi, dan differential. Setiap ujung dari
komponen ini nantinya akan dipasangkan poros propeller yang harus dihubungkan.
Poros propeller sendiri memiliki 3 tipe di mana joint kopel bisa
menghubungkan sesuai jenisnya.
Joint kopel bisa menghubungkan poros propeller yang ada di bagian depan dan
belakang.
Dalam teknisnya, joint kopel dihubungkan dengan sleve yoke yang
menyambungkan poros transmisi dan propeller.
Sedangkan joint kopel selanjutnya dipasang dengan flange yoke untuk
menghubungkan poros propeller dan differential. Ketika ketiga poros tersebut
sudah tersambung dengan baik, maka kinerjanya bisa optimal dan sesuai
fungsinya.
- Bermanfaat untuk Kendaraan dengan Sistem RWD
Fungsi universal joint yang terakhir, yakni dimanfaatkan untuk kendaraan
dengan sistem RWD atau rear wheel drive.
Kendaraan roda empat rear wheel drive mempunyai diameter yang ukuran
rata-ratanya 4 inchi dengan pusat komponen terdiri dari 4 lubang searah kompas.
Lubang tersebut tertutup oleh roll bearing, sehingga memungkinkan timbulnya
gerakan dari semua sudutnya.
Selanjutnya, keempat lubang akan dihubungkan dengan drive shaft menuju ke
transmisi pada komponen lain yang disebut sebagai rear axle.
Hal ini akan membuat daya bisa terhantar dengan baik hingga sampai ke roda
belakang kendaraan Anda. Oleh sebab itu joint kopel sangat penting untuk
kendaraan RWD, sehingga perlu dijaga dengan baik kinerjanya.
Joint kopel sendiri memiliki beberapa komponen pendukung untuk
menghubungkan 2 engsel dan 2 biji yoke.
Komponen tersebut juga memiliki fungsi yang berbeda-beda untuk membantu
kinerja joint kopel. Berikut penjelasan terkait beberapa komponen yang ada di
joint koppel.
- Yoke
Komponen pertama ada yoke yang merupakan bagian pertama dari joint kopel.
Fungsi dari komponen ini yaitu sebagai sambungan pada joint kopel untuk
menghubungkannya dengan poros propeller.
- Seal
Seal merupakan komponen universal joint selanjutnya yang berguna untuk
melindungi bagian lain, yaitu bearing. Bagian ini berguna untuk melindungi bearing
agar tidak ada kotoran yang berpotensi merusak.
- Cup
Kegunaan dari cup pada joint kopel yakni sebagai tempat dudukan dari needle
bearing.
Tidak hanya itu, cup juga berguna melindungi needle bearing agar tidak
rusak. Fungsi lainnya dari komponen ini yaitu menghubungkan sleeve yoke dengan
spider.
- Cross
Cross memiliki fungsi utama sebagai tempat untuk mendudukkan 2 biji yoke
yang lengkap dengan bearing.
Selanjutnya, akan terjadi input shaft yoke yang menyebabkan terjadinya
perputaran pada komponen cross.
- Needle Bearing
Komponen terakhir, yaitu needle bearing untuk memperlancar gerakan dari
joint kopel. Di sisi lain, needle bearing juga akan memperlembut gerakan.
Cara Merawat Universal Joint
Perawatan komponen ini perlu dilakukan agar performanya bisa terjaga dengan
baik, sehingga kendaraan bisa berjalan dengan lancar di segala medan. Untuk
perawatan sendiri, Anda bisa berkonsultasi dengan mekanik yang sudah
profesional.
Bagi Anda yang ingin melakukan perawatan joint kopel, sebaiknya
menyerahkannya ke bengkel Jun Diesel Auto Service yag berada di juli KM.4 Bireuen.
Tujuannya yaitu agar Anda bisa mendapatkan perawatan yang optimal sehingga
penanganannya juga tepat. bengkel Jun Diesel Auto Service juga akan memberikan layanan terbaik
untuk perawatan komponen ini.
Universal joint ternyata memiliki peranan penting bagi kendaraan roda empat
agar bisa berjalan di segala medan dengan lancar. Anda perlu menjaga komponen
ini karena fungsinya yang saling berhubungan dengan poros propeller.
Penulis : Junaidi.S.Pd
Editor : Dodi Zulfahmi. S.Pd
Installation And Commissioning Of Ball Valves
The installation and commissioning
of ball valves is a critical process in various industrial applications,
including pipelines, water systems, oil and gas facilities, and more. Proper
installation ensures that the valve functions correctly and performs its
intended duty. Here are the general steps for the installation and
commissioning of ball valves:
1. Pre-Installation Preparation:
a. Gather all necessary tools and
equipment, including wrenches, gaskets, bolts, and the ball valve itself.
b. Ensure that the valve is of the
correct size and type for the intended application.
c. Inspect the valve to verify its
integrity, and check for any visible defects or damage.
2. Valve Positioning:
a. Identify the correct location for
the ball valve in the pipeline or system.
b. Ensure that the valve's
orientation (open or closed) is appropriate for its intended function.
3. Pipeline Preparation:
a. Shut off the flow of the fluid in
the pipeline.
b. If necessary, depressurize the
pipeline.
c. Drain any remaining fluid from
the section of the pipeline where the valve will be installed.
4. Flange Assembly:
a. Position the ball valve between
the pipeline flanges.
b. Ensure that the valve's flange
faces match those of the pipeline.
c. Insert the gasket between the
valve and the flanges.
d. Tighten the bolts gradually and
evenly, following a crisscross pattern to ensure a uniform seal.
5. Tightening Bolts:
a. Use a torque wrench to tighten
the flange bolts to the manufacturer's recommended specifications. This ensures
a proper seal and prevents leakage.
6. Lubrication:
a. Apply a suitable lubricant to the
ball and stem of the valve to ensure smooth operation.
7. Actuator Installation (if
applicable):
a. If the ball valve has an actuator
(e.g., electric, pneumatic, or manual handwheel), install it according to the
manufacturer's instructions.
b. Check the actuator's alignment
and connections.
8. Leak Testing:
a. Perform a leak test to ensure
that the valve and flange connections are secure and there are no leaks. This
can involve using a pressure or vacuum test, depending on the application.
9. Commissioning:
a. Slowly open and close the ball
valve to ensure it operates smoothly.
b. Check for any unusual sounds or
vibrations during operation.
c. Verify that the valve provides
the desired control of fluid flow.
d. Adjust any limit switches,
positioners, or control systems if the valve is part of an automated process.
10. Documentation:
a. Record all installation and
commissioning details, including test results and any adjustments made.
b. Update any system diagrams or
documentation to reflect the newly installed ball valve.
Written by : Sarwaidi. ST.MT
Industrial Applications Of Shell And Tube Heat Exchangers
|